Beberapa hari ini publik di hebohkan dengan unggahan Direktorat Jendral Imigrasi melalui sebuah video dalam akun Twitter resmi mereka.
Dalam unggahannya tersebut Ditjen Imigrasi menceritakan kisah perjuangan seorang siswa Sekolah Dasar yang bernama Nursaka yang rela berjalan melintasi perbatasan setiap hari dari rumahnya di Tebedu, Malaysia menuju ke sekolahnya yang berada di Entikong, Kalimantan Barat.
Prosedur itu harus Nursaka lakukan karena ia tinggal di Tebedu, Serawak, Malaysia, namun sekolah di Entikong, Kalbar, Indonesia.
"Kami bertemu dengan Saka, seorang siswa SD yang sehari-hari melewati dua negara melalui PLBN Entikong untuk Berangkat sekolah ke Indonesia ," tulis Ditjen Imigrasi.
Dilansir dari Tribunnews.com (9/9/2018) Aktivitas Nursaka melintas batas di PLBN Entikong divideokan dan sudah menyebar di jejaring media sosial termasuk Facebook.
Dalam video yang beredar tersebut dijelaskan bahwa siswa berusia 8 tahun itu sebenarnya adalah Warga Negara Indonesia , namun saat ini tinggal di Tebedu, Malaysia.
Dalam video itu terlihat Nursaka sudah sangat dikenal dan akrab dengan para petugas Imigrasi di PLBN Entikong.
Seorang petugas Imigrasi bahkan sempat memeluknya. Ada juga petugas yang mengajaknya toss saat menyerahkan kartu Lintas Batas.
Nursaka harus tinggal di Malaysia karena mengikuti jejak ayahnya yang harus bekerja di Tebedu, hampir setahun Nursaka harus mondar-mandir PLBN untuk sekolah.
Nursaka dan orang tuanya merupakan warga negara Indonesia (WNI). Terkadang, bocah berumur 8 tahun itu harus diantar oleh polisi dari Polsek Entikong ke PLBN.
Setiap hari, Saka Harus melintasi PLBN Entikong Dan menunjukkan Pas Lintas Batas (Dokumen Perjalanan yang dimiliki khusus warga sekitar perbatasan) agar bisa berangkat menuju ke sekolah.
Aksi Nursaka ini banyak menuai pujian dari warga Twitter.
Dirinya dianggap memiliki rasa nasionalis tinggi karena lebih memilih sekolah di Indonesia, meskipun saat ini dilakukan di negara Malaysia .
"Keluar negeri nggk perlu naik pesawat naik ojek aja, Syahrini mah lewatt!"
"Suka terharu, bangga setiap kali melihat nasionalisme anak anak negeri di daerah terpencil"
Sumber:
Dalam unggahannya tersebut Ditjen Imigrasi menceritakan kisah perjuangan seorang siswa Sekolah Dasar yang bernama Nursaka yang rela berjalan melintasi perbatasan setiap hari dari rumahnya di Tebedu, Malaysia menuju ke sekolahnya yang berada di Entikong, Kalimantan Barat.
Prosedur itu harus Nursaka lakukan karena ia tinggal di Tebedu, Serawak, Malaysia, namun sekolah di Entikong, Kalbar, Indonesia.
"Kami bertemu dengan Saka, seorang siswa SD yang sehari-hari melewati dua negara melalui PLBN Entikong untuk Berangkat sekolah ke Indonesia ," tulis Ditjen Imigrasi.
Dilansir dari Tribunnews.com (9/9/2018) Aktivitas Nursaka melintas batas di PLBN Entikong divideokan dan sudah menyebar di jejaring media sosial termasuk Facebook.
Dalam video yang beredar tersebut dijelaskan bahwa siswa berusia 8 tahun itu sebenarnya adalah Warga Negara Indonesia , namun saat ini tinggal di Tebedu, Malaysia.
Dalam video itu terlihat Nursaka sudah sangat dikenal dan akrab dengan para petugas Imigrasi di PLBN Entikong.
Seorang petugas Imigrasi bahkan sempat memeluknya. Ada juga petugas yang mengajaknya toss saat menyerahkan kartu Lintas Batas.
Nursaka harus tinggal di Malaysia karena mengikuti jejak ayahnya yang harus bekerja di Tebedu, hampir setahun Nursaka harus mondar-mandir PLBN untuk sekolah.
Nursaka dan orang tuanya merupakan warga negara Indonesia (WNI). Terkadang, bocah berumur 8 tahun itu harus diantar oleh polisi dari Polsek Entikong ke PLBN.
Setiap hari, Saka Harus melintasi PLBN Entikong Dan menunjukkan Pas Lintas Batas (Dokumen Perjalanan yang dimiliki khusus warga sekitar perbatasan) agar bisa berangkat menuju ke sekolah.
Aksi Nursaka ini banyak menuai pujian dari warga Twitter.
Dirinya dianggap memiliki rasa nasionalis tinggi karena lebih memilih sekolah di Indonesia, meskipun saat ini dilakukan di negara Malaysia .
"Keluar negeri nggk perlu naik pesawat naik ojek aja, Syahrini mah lewatt!"
"Suka terharu, bangga setiap kali melihat nasionalisme anak anak negeri di daerah terpencil"
Sumber:
Komentar
Posting Komentar